Balikpapan – Institut Teknologi Kalimantan melalui beberapa dosen yang tergabung dalam tim penelitian gunung berapi, melakukan penelitian terkait letusan gunung berapi di Bromo. Gunung api sendiri merupakan suatu bentuk timbulan di muka bumi, pada umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpacung, kubah ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke permukaan bumi. Salah satunya gunungapi yang ada di Indonesia adalah Gunungapi Bromo. Gunung ini merupakan salah satu dari serangkaian gunungapi aktif di Indonesia yang terletak di dalam kaldera Tengger, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Dalam sejarahnya, tercatat bahwa Gunung Bromo telah mengalami lebih dari 50 kali erupsi sejak tahun 1775. Berdasarkan catatan sejarah, letusan vulkanik Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804, erupsinya dapat berlangsung pendek. Namun pencacatan secara kontinou oleh PVMBG di mulai dari 1980an sampai sekarang.
Menurut penelitian Zaennudin di tahun 2012 ciri erupsi Gunungapi Bromo bersifat efusif dan eksplosif dari kawah pusat dengan material yang disemburkan berupa abu, pasir, lapili, dan bom gunung api. Dari mulai dilakukannya pemantauan aktivitas Gunungapi Bromo pada tahun 1986 hingga sebelum erupsi tahun 2015, ada terjadi empat kali erupsi eksplosif, yaitu pada 1995, 2000, 2004 dan 2010. Erupsi Gunung api Bromo terkadang tidak diiringi oleh gejala awal yang jelas. Erupsinya pada umumnya berlangsung berbulan-bulan, kecuali pada saat erupsi eksplosif pada juni 2004 yang berlangsung sangat singkat hanya terjadi kurang lebih selama 20 menit.
Berdasarkan pengolahan data di dapatkan beberapa tipe letusan vulkanik di gunungapi Bromo. Data yang digunakan adalah data dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. Pengolahan data di lakukan dengan analisis waveform dan spectral dari sinyal yang di dapatkan. Analisis waveform merupakan analisis yang dilakukan dengan melihat pola sinyal gelombang yang terbentuk dari gempa vulkanik. Dalam analisis ini dapat membedakan jenis event gempa yang terjadi secara visual. Dengan karakteristik yang sudah di tentukan atau berdasarkan karakteristik gempa vulkanik dari minakami. Data gempa yang terekam pada seismograph berupa data yang memiliki domain waktu, sehingga perlu diterapkan fungsi tranformasi Fourier untuk mengubah domain waktu ke domain frekuensi. Pada penelitian ini, digunakan analisis FFT (Fast Fourier Transform) untuk mengetahui spektral frekuensi suatu data. Salah satu tipe letusan gunungapi Bromo adalah letusan vulkanik tipe B seperti yang di lihat di gambar dibawah ini.
Letusan vulkanik tipe B secara visual menunjukan kedatangan gelomban P dan kedatangan gelombang S yang tidak jelas. Kandungan frekuensinya dapat dilihat dari intensitas spectrum amplitude pada spektogram. Pada intensitas spectrum amplitude diinterpretasikan dengan warna-warna seperti yang terlihat pada Gambar spektogram di atas. Di mana warna merah memperlihatkan nillai spectrum amplitude paling rendah dan warna ungu nilainya paling tinggi. Dalam spektogram ini warna-warna ini hanya menginterpretasikan hubungan frekuensi dan waktunya. Dilihat dari hasil interpretasi pada spektogram masing-masing stasiun memiliki spectrum amplitude yang berbeda tetapi mempunyai range frekuensi yang hampir sama. Dengan mengetahui range frekuensinya maka kita dapat mengkarakterisasi tipe event gempa vulkaniknya.
#KampusMerdeka
Humas Institut Teknologi Kalimantan