Kelompok Mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan Balikpapan, menjadi salah satu kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Karsa Cipta yang mendapat kesempatan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk merealisasikan programnya yaitu Mechanical Building Behavior Detector, sebagai Alat Bantu Analisa Perilaku Gedung Akibat Beban Getaran yang Dapat Menjangkau Titik Tertutup Gedung. Tim ini diketuai oleh Ali Al-birrnaqiy Program studi Teknik Sipil dan beranggotakan M. Iksan Sainudin program studi Teknik Sipil dan La Ode Fahmi Aditya Nugraha program studi Teknik Elektro.
Bangunan merupakan struktur buatan manusia sebagai tempat tinggal maupun sarana dan prasarana lainnya serta pembangun peradaban. Dirilis oleh Badan Pusat Statistik mengenai nilai konstruksi yang diselesaikan dalam rentang tahun 2004 hingga tahun 2016, menunjukkan persentasi peningkatan nilai konstruksi setiap tahunnya yang dirata-rata mencapai 15,4% untuk jenis pekerjaan konstruksi bangunan gedung. Hal tersebut menandakan bahwa saat ini kuantitas pembangunan kian meningkat dan akan terus berlanjut, sehingga penelitian mengenai optimalisasi kualitas bangunan akan sangat dibutuhkan.
Negara Indonesia berada di titik pertemuan tiga lempeng bumi yang aktif, dan ini lah yang memunculkan jalur gempa dan rangkaian gunung aktif di seluruh Indonesia. Setidaknya ada empat sesar (patahan) yang aktif dan sangat berbahaya di Indonesia yang mengakibatkan rawannya terjadinya gempa, baik akibat aktivitas gunung berapi maupun pergerakan lempeng bumi. Gempa itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kerusakan fisik bagi bangunan. Sehingga inovasi bagi peningkatan kualitas struktur bangunan terhadap dampak gempa sangat diperlukan di Indonesia.
Memahami karakter dari perilaku bangunan saat mengalami guncangan gempa merupakan hal yang penting untuk dipelajari sebagai langkah dalam melakukan penelitian bagi peningkatan kualitas bangunan. Sehingga peneliti menggunakan sensor ultrasonik untuk mengamati perilaku gedung yang disimulasikan dengan gempa. Namun, alat tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak dapat mengamati perilaku bangunan pada bagian tengah, karena sensor ultrasonik tidak dapat menembus penghalang/dinding. Padahal perilaku pada struktur gedung tidaklah bersifat homogen pada seluruh bagian, sehingga akan menjadi sebuah data pelengkap apabila ada alat yang sanggup menutupi kekurangan sensor ultrasonik. Oleh karena itu, tujuan dari inovasi kami adalah menciptakan alat yang mampu memperoleh dan menampilkan data perilaku gedung pada daerah yang tidak dapat dijangkau oleh sensor ultrasonik.
Konsep kerja Mechanical Building Behaviour Detector adalah berdasar pada hukum newton I, bahwa setiap benda memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keadaannya. Dengan dasar tersebut, maka hal yang dijadikan sebagai fokus utama dalam perencanaan alat ini adalah bagaimana menciptakan sebuah bidang dengan kondisi stabil yang selalu tegak lurus terhadap gravitasi, minimum gesekan, serta fleksibel terhadap berbagai arah gaya untuk menjadi landasan komponen khusus dari alat ini agar dapat membaca perpindahan yang terukur dengan baik.
Menurut Ali, diharapkan program kami dapat membantu para peneliti yang ingin memperoleh data dari perilaku gedung terhadap beban getaran yang dapat menjangkau titik tertutup gedung sebagai bahan bagi peneliti untuk evaluasi rencana desain dan rencana optimalisasi.