Balikpapan – Institut Teknologi Kalimantan melalui tim dosen ITK mengubah limbah cangkang kelapa sawit menjadi pupuk organik. Kegiatan pengabdian ini melibatkan dosen dan mahasiswa ITK, dengan Umi Sholikah, S.Si., M.T. sebagai ketua pelaksana. Anggota tim lainnya termasuk Dr. Moch. Purwanto, S.Si., M.Si., Ashadi Sasongko, S.Si., M.Si., Fadhil Muhammad Tarmidzi, S.T., M.T., dan Tegar Palyus Fqar., S.T., M.Kom. Dana untuk kegiatan ini diberikan melalui hibah internal dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITK.
Minyak kelapa sawit yang diproduksi dalam jumlah besar di wilayah Sepaku menghasilkan limbah cair dan padat, terutama berupa tandan kosong kelapa sawit. Untuk mengatasi masalah penumpukan limbah padat tandan kosong kelapa sawit, telah dilakukan berbagai upaya, salah satunya adalah melalui teknologi daur ulang limbah padat menjadi produk bernilai tinggi seperti pupuk organik/kompos. Pengomposan merupakan solusi berkelanjutan yang bertujuan untuk menjaga lingkungan, keselamatan manusia, dan menciptakan nilai ekonomi. Penggunaan pupuk organik/kompos juga membantu melindungi lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi merusak tanah. Selain itu, pengomposan secara tidak langsung juga membantu mengurangi limbah organik dan penumpukan sampah.
Pentingnya menangani limbah padat dari industri kelapa sawit menjadi pupuk organik/kompos semakin jelas di wilayah Sepaku, yang terletak di bagian selatan provinsi Kalimantan Timur. Wilayah kecamatan Sepaku, yang mayoritas terdiri dari perbukitan dengan tanaman kelapa sawit yang luas, menjadikan sebagian besar penduduknya sebagai petani kelapa sawit. Oleh karena itu, inisiatif penggunaan limbah cangkang kelapa sawit menjadi pupuk organik di wilayah ini menjadi sangat penting. Hal ini tidak hanya akan membantu petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk kelapa sawit mereka tetapi juga akan mendukung ketahanan pangan di wilayah calon Ibu Kota Nusantara. Selain itu, kegiatan ini memiliki potensi untuk meningkatkan nilai ekonomis kelompok tani di wilayah tersebut.
Kegiatan ini dimulai dengan melakukan survei dan berdiskusi dengan stakeholder setempat untuk mengidentifikasi kebutuhan dan melibatkan kelompok tani yang ada di Sepaku. Setelah survei, tim mulai menginisiasi pembuatan sampel pupuk cair dan arang dari sisa bahan bakar.
Pada tanggal 20 Agustus 2023, tim melaksanakan kegiatan sosialisasi yang disampaikan oleh Dr. Moch. Purwanto, S.Si., M.Si. Acara ini dihadiri oleh sekitar 30 ketua kelompok tani. Kegiatan dimulai dengan pretest kepada peserta yang sangat antusias karena tim Institut Teknologi Kalimantan (ITK) telah mengembangkan solusi untuk masalah pupuk yang mahal dan sulit ditemukan. Pemaparan yang berlangsung selama sekitar 2 jam dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang aktif, dengan peserta mengajukan pertanyaan seputar efektivitas pupuk dan proses pembuatan. Setelah pemaparan, peserta diajak untuk melakukan praktik pembuatan pupuk cair secara langsung. Proses ini memakan waktu sekitar 2 jam, mulai dari persiapan hingga pupuk siap digunakan.
Pada tahap akhir kegiatan, peserta diberikan post-test untuk mengukur pemahaman mereka terhadap pelatihan ini. Selanjutnya, ketua pelaksana pengabdian masyarakat secara resmi menyerahkan reactor pembakar yang diharapkan akan digunakan oleh kelompok tani di sekitar ibu kota Nusantara untuk menghasilkan pupuk organik.