ITK NEWS – DILo Hackathon Festival (DHF) adalah event tahunan DILo bagi para developer Indonesia untuk menghasilkan produk dan inovasi digital terbaik. Mengusung tema “Impacting For Indonesia”, tema tersebut diperuntukkan untuk para developer membangun ide digital kreatif yang memberikan dampak nyata bagi indonesia dengan memanfaatkan digital platform Telkom Group yang terdiri dari BigBox Big Data, Anatres, BigBox Developer API, Neucentrix dan FlouCloud.
Kompetisi ini terdiri dari enam kategori yaitu Health, Agriculture, Education, Smart City, Adaptasi Kehidupan Baru, Lifestyle dan SMB/UMKM yang diikuti oleh 679 tim dari 17 kota di Indonesia yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, angerang, Jakarta, Bogor, dan Depok. Juga Bekasi, Bandung, Jogjakarta, Solo, Malang, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Balikpapan.
Dalam perlombaan DILo Hackathon Festival (DHF) 2020 Tim AYD yang terdiri dari Muhammad Nabil Akbar Pratama Program Studi Informatika dan Richard Chandra Tjiang Program Studi Informatika berhasil meraih Juara 2 dalam kategori Health. Mengusung ide develop kacamata pintar buat tunanetra agar bisa mendeteksi objek yang ada didepannya secara otomatis, menghantarkan tim AYD ke pintu kemenangan.
“Kemaren saya ambil tema Health, lalu dari hasil perundingan tim didapatkan beberapa ide diantaranya, smart face shield buat deteksi apabila jarak terlalu dekat, lalu yang kedua ada kacamata pintar yang dapat mengetahui emosi orang lain yang ditujukan untuk orang ASD, lalu yang ketiga kacamata pintar buat tunanetra agar bisa mendeteksi objek yg ada didepannya secara otomatis. Nah dari beberapa kali perundingan, akhirnya kami memilih ide yang ketiga karena beberapa aspek juga diantaranya waktu untuk mengembangkan perangkatnya dan juga persentase kemungkinan dapat diwujudkannya” Tegas Muhammad Nabil Akbar Pratama.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, DILo Hackathon Festival tahun 2020 ini dilaksanakan secara daring karena pandemi Covid-19.
“Nah karena pandemi, lombanya dilaksanakan secara online jadi untuk presentasi dan pitching penjuriannya dilakukan via zoom, tetapi kemaren itu kami diwajibkan untuk membuat video progress pengembangan perangkatnya yang kami build dan kami di beri kesempatan waktu selama 21 hari untuk develop alatnya”.
“Kesan saya, kompetisi ini seru karena bisa kenal peserta lain dari berbagai daerah di Indonesia dan tentunya bikin pusing untuk menyelesaikan aplikasi karena waktunya terbatas, Harapannya semoga kedepannya makin banyak mahasiswa ITK terutama prodi SI dan IF yang ikutan lomba ini, agar bisa bersaing dengan kampus-kampus lain” Ucap Muhammad Nabil Akbar Pratama.
Tim Humas|KNK